Persimpangan - Overthinking

May 23, 2021 (3y ago)

Persimpangan - Overthinking

Di dalam perjalanan kehidupan yang cukup singkat ini, kita semua selalu diperhadapkan dengan berbagai macam tantangan, dan tidak jarang kita akan terdiam dengan pikiran yang begitu berantakan, saya biasa menyebutkan kondisi ini sebagai—berada di sebuah persimpangan. Saya bukanlah orang pertama yang mencetuskan kalimat ini, saya juga tidak tahu siapa orang pertama yang menyebutkan kondisi itu dengan kalimat tersebut, tapi saya setuju dengan kata persimpangan yang dia ucapkan.

Mari lupakan sejenak tentang pencetusnya, lalu apa arti dari kata persimpangan ini?

Ketika saya sedang menulis tulisan ini, saya sedang berada di sebuah persimpangan. Bukan persimpangan jalan yang saat ini Anda sedang pikirkan, tapi saya sedang berada dalam suatu kondisi di mana saya sedang terdiam dan tidak tahu harus belok ke arah mana di dalam perjalanan kehidupan saya. Kondisi seperti ini sangat sering terjadi, dan tentunya bukan hanya kepada saya seorang.

Ketika sadang berada di dalam sebuah persimpangan, hampir tidak mungkin kita tidak mengalami overthinking. Kita akan mencoba untuk meramal dan meraba-raba masa depan. Kondisi inilah yang membuat banyak dari kita akan “tersandung” dan “berdarah”. Bahkan tidak jarang juga kita akan mengalami gesekan dengan orang-orang terdekat.

Ketika kondisi overthinking sedang terjadi, kecemasan dan ketakutan adalah gejala awal yang akan kita alami, bahkan kemarahan juga akan menghantui kita dari belakang. Ini tentu sangat menyebalkan, kita akan terus-menerus melihat handphone, menggeser home screen bolak-balik, membuka dan menutup sosial media berkali-kali, melamun, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, stres, tidak fokus, dan lain sebagainya. Tentu kondisi ini bukanlah hal yang baik untuk diri kita.

Saya sendiri adalah orang yang paling sulit keluar dari overthinking, ketika pikiran-pikiran yang berlebihan masuk ke dalam kepala saya, saya akan terus-menerus tenggelam dalam pikiran tersebut, menambahkan banyak sekali kemungkinan-kemungkinan ke kepala yang belum tentu terjadi, sehingga menimbulkan kekacauan dengan diri sendiri dan dengan orang lain. Inilah yang saya maksud dengan “tersandung” dan “berdarah”.

Lalu apa yang perlu kita lakukan ketika sedang berada di sebuah persimpangan? Dan apa yang harus kita lakukan kalau overthinking sedang terjadi? Saya bukanlah seorang psikolog, jadi mungkin masukan dan pedapat saya dalam hal ini sangat tidak sempurna. Saya hanya membagikan beberapa hal yang pernah saya lakukan ketika saya sedang berada dalam kondisi seperti ini.

Ketika sedang berada di persimpangan.

Biasanya saya diam dan tidak mengambil jalan secara terburu-buru, saya akan mencoba untuk mengenali diri, menarik nafas panjang dengan pelan, melihat sekeliling, mengingat apa tujuan awal saya, apa yang ingin saya capai, dan mencoba untuk mengobrol dengan teman yang mengerti saya apa adanya. Menurut saya itu baik untuk dilakukan.

Ketika pikiran berlebihan muncul terus-menerus.

Biasanya saya akan mencoba terbuka dengan diri sendiri, berkata kepada diri sendiri bahwa saya adalah seorang manusia biasa, segala sesuatu tentu tidak ada yang sempurna, akan ada banyak kemungkinan akan terjadi kepada diri saya, apapun itu, saya akan menerimanya dengan sepenuh hati. Sekali lagi, dalam hal ini, menarik nafas panjang secara perlahan adalah hal yang sangat baik, dan belajar melepaskan pikiran-pikiran yang tidak perlu dan mengarahkan diri saya dengan sesuatu yang lebih nyata.

Ketika kita terpicu dengan amarah.

Sebaiknya jangan mengambil keputusan dengan cepat, saya menyarankan untuk menahan mulut Anda untuk tidak mengeluarkan kata-kata. Ini memang bukan perkara mudah, karena amarah biasanya membuat kita ingin melampiaskan perasaan kita melalui kalimat-kalimat yang menyakitkan, percayalah itu tidak akan menyelesaikan apapun.

Meminta maaf & memaafkan.

Siapa yang perlu dimaafkan? Diri Anda dan orang lain. Ketika kita overthinking karena hubungan kepada sesama, seperti teman, keluarga, ataupun pasangan, sebaiknya Anda belajar untuk memaafkan dan meminta maaf lebih dulu. Belajarlah untuk meminta maaf pada diri sendiri yang terlalu memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, dan memaafkan mereka lebih dulu walau keadaan buruk belum terjadi.

Sekali lagi bahwa masukan dan pendapat saya tidaklah sempurna, karena memang setiap orang memiliki sifat dan keadaan yang berbeda-beda. Kalau memang kita tidak menemukan jawaban yang tepat, ada baiknya kita konsultasi dengan mentor atau psikolog.

Sehat selalu.