Sementara

July 18, 2018 (6y ago)

Sementara

Malam kemarin teman saya yang terkenal dengan ketenangannya, yang cukup pintar dengan dirinya, tiba-tiba membuat status di salah satu akun sosial medianya dengan menggunakan timer auto delete.

Di dalam tulisannya cukup mengagetkan saya karena tidak biasanya dia membuat status dengan nada kecewa, bukan berarti saya menganggap dia tidak pernah kecewa, tapi itu cukup membuat saya menyadari sesuatu, dan seperti inilah statusnya:

"Terlalu cepat untuk dikenang, terlalu lama untuk dijalani."

Mungkin terlihat seperti sebuah quote biasa dan ambigu. Namun akan beda cerita ketika di akhir kalimatnya dia mention saya, karena saya tahu dia sedang tidak biasa, saya lumayan mengenal karakter dan sifatnya, saya tahu dia sedang mengirim pesan kepada saya, namun tidak menggunakan pesan pribadi, melainkan menggunakan pesan yang bisa dibaca oleh orang lain selain saya.

Saya dengan sangat yakin tahu bahwa ada masalah dengan hubungannya, walaupun saya tidak tahu siapa, dan dari status yang dia buat menyadarkan saya kembali, bahwa sesuatu yang ada di dunia ini hanya sementara. Termasuk sebuah hubungan.

Hari ini, saya mendapatkan kabar yang lumayan mengejutkan juga, di rumah, saya kenal dengan seorang bapak-bapak yang sudah berumur, dia orang yang baik, selalu bermain dengan anak-anak kecil yang berada di dekat rumah, dia tinggal hanya berdua bersama keponakannya, setiap kali saya bertemu dengannya, dia selalu bercerita tentang keponakannya itu, yang selalu sakit-sakitan. Dia sangat menyayanginya, walaupun di setiap cerita yang dia sampaikan tidak pernah terucap kata-kata sayang, tapi saya sangat tahu bagaimana perasaanya.

Saya memang tidak terlalu dekat dengan keponakannya, bahkan tidak pernah berbicara bersama layaknya seorang teman. Saya hanya tahu wajahnya karena dia memang jarang bergaul dengan lingkungan sekitar. Dan siang tadi, bapak itu datang ke tempat saya dengan raut wajah yang sangat berbeda, wajah yang biasanya selalu ceria itu mendadak hilang, dengan nada yang terpatah-patah, dia menyampaikan kabar bahwa keponakannya sudah meninggal, dan di saat yang bersamaan saya merasakan sesuatu menghancurkan hati saya.

Saya jadi teringat dengan seseorang yang membesarkan saya, yang sudah pergi lebih dulu ke tempat yang jauh lebih tenang.

Apa yang kita miliki memang bersifat sementara, itu hanyalah titipan yang dipercayakan kepada setiap orang, namun bagaimanapun juga bentuknya, kesementaraan ini membuat saya belajar banyak hal, membentuk diri saya menjadi jauh lebih baik, memang seharusnya demikian, memang seharusnya itu membentuk saya menjadi lebih baik.

Bukan malah menjadi lebih buruk.

Itu harus menjadi sebuah keharusan.